Senin, 21 November 2016

Tauhid Ibnu Taimiyah

Pandangan sifat-sifat Allah menurut Ibnu Taimiyah adalah sebagai berikut.

a.       Percaya sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang ia sendiri atau Rasulnya menyifati.
1.            Sifat Salbiyah
2.            Sifat Ma’ani
3.            Sifat Khabariyah
4.            Sifat Dhafiyah
b.      Percaya sepenuhnya terhadap nama-namaNYA yang ALLAH   atau RasulNYA sebutkan.
c.       Menerima sepenuhnya sifat dan nama ALLAH tersebut denagn  :
1.          Tidak mengubah ma’nanya
2.          Tidak menghilangkan pengertian lafadz
3.          Tidak mengingkarinya        
            Ibnu Taimiyah mengakui 3 hal dalam masalah keterpaksaan dan ikhtiar manusia,yaitu: Allah pencipta segala sesuatu ,hamba pelaku perbuatan yang sebenarnya dan mempumyai kemauan serta kehendak secara sempuna, sehingga manusia bertanggung jawab terhadap perbuatannya, Allah meridhoi perbuatan baik dan tidak meridhoi perbuatan buruk.
           Menurut Ibnu Taimiyah,masalah Tuhan tidak dapat diperoleh dengan  metode rasional, baik dengan metode filsafat, keinginan mistis manusia juga untuk menyatu dengan Tuhan adalah suatu yang mustahil. Oleh sebab itu, Ibnu Taimiyah sangat tidak suka pada aliran filsafat. dan aliran Mu’tazilah yang selalu mendahulukan dalil rasional dari pada dalil al-quran, sehingga banyak menggunakan Ta’wil.[3]

Pemikiran Ibnu Taimiyah dalam Tauhid.
 Contoh pemikiran Ibnu Taimiyah dalam Tauhid Diantaranya :
Ibnu Taimiyah menfatwakan bahwa Tuhan duduk bersila di atas ‘arsy, serupa dengan duduk bersilanya Ibnu Taimiyah sendiri. Faham ini beberapa kali diulangnya di atas mimbar Masjid Bani Umayyah di Damsyik Syiria dan di Mesir. Ia mengemukakan dalil ayat Al-Qur’an yang diartikannya semulanya saja, dan sebagai yang tersurat saja, tanpa memeperhatikan yang tersirat dari ayat-ayat itu. Jadi Ibnu Taimiyah boleh digolonglkan kepada kaum Zahirriyah, yaitu kaum “lahir”, yang mengartikan ayat-ayat Qur’an dan Hadits Nabi secara lahirnya saja.
Tuhan Turun dari Langit tiap-tiap malam serupa dengan turunnyya ibnu Taimiyah dari mimbar.
Suatu fatwa yang menghebohkan dunia Islam dari ibnu Taimiyah, ialah menghukum kafir atau syirik sekalian orang Islam yang mendo’a dengan bertawassul, padahal mendoa dengan bertawassul itu sudah dikerjakan oleh dunia islam sedari berabad-abad permulaan islam, sedari jaman nabi, zaman shahabat dan zaman tabi’in. Tawassul artinya mengerjakan sesuatu amal yang dapat mendekatkan diri kepada Tuhan.
Ibnu Taimiyah meninggalkan karya tulis yang sangat banyak kepada kita. dalam tulisannya, dia mengaku sering menyerang kelompok sufi yang meyakini inkarnasi dan penyatuan wujud manusia dengan Tuhan. Menurutnya, hal itu termasuk syirik terhadap Alloh SWT. Dia juga menyerang para fuqoha karena keterikatan mereka dengan empat imam Ahlusunnah ketika mereka membahas persoalan-persoalan syariah. Ibnu Taimiyah menghendaki pandangan baru. Menurutnya adalah bukan termasuk Zindik apabila seseorang mengeluarkan pendapat yang berbeda dengan consensus para ulama.
Ibnu Taimiyah juga menulis bebarapa risalah tentang memerangi orang Yahudi dan Nasrani, menentang pelestarian tempat-tempat peribadatan seperti gereja-gereja yang masih berdiri, dan melarang pembangunan tempat peribadatan yang baru untuk mereka.
Filsafat, menurutnya bisa menyebabkan kekafiran, oleh karena itu juga, ia sangat semangat untuk memerangi filsafat bahkan juga orang Muslim yang terpengaruh oleh filsafat tersebut, diantaranya adalah Ibn Sina dan Ibn Sab’in.
Beliau juga menyerang al-Ghazali, dan mengecam pendapat-pendapat yang tercantum dalam bukunya Ihya’ Ulumul al-Din dan Manqidz min al-Dhalal. Dia juga menyarang Muhyiddin ibn Arabi dan Ibn al-Faridh. Dalam khotbahnya di masjid-masjid, dia membeberkan kesalahan-kesalahan Umar bin al-Khotob, Ali bin Abu Tholib dan yang lainnya.